CALIFORNIA - Grup peneliti baru-baru ini mengungkap, bentuk alam semesta berbeda dari perkiraan sebelumnya. Para peneliti menyelidiki anomali utama dalam sisa-sisa cahaya dari Big Bang untuk menunjukkan struktur ruang dan waktu.
Dilansir Foxnews, Jumat (13/9/2013), studi terbaru ini mengungkap bahwa alam semesta memiliki bentuk melengkung mirip pelana. Dikatakan mirip lengkung pelana, di mana objek yang bergerak sejajar dengan objek lain akan membelok menjauh setelah menempuh jarak yang sangat jauh.
Meskipun demikian, terdapat penjelasan untuk anomali ini. Ilmuwan mengatakan, alam semesta kemungkinan telah bertabrakan dengan alam semesta lain tidak lama setelah peristiwa Big Bang atau mungkin saja muncul karena kebetulan statistik.
Para peneliti mulai melihat anomali tersebut hampir satu dekade lalu ketika peneliti menganalisis latar belakang gelombang mikro kosmik serta panas yang dilepaskan setelah terjadinya Big Bang. Ilmuwan mempelajari fluktuasi titik panas dan dingin di latar belakang gelombang mikro kosmik untuk mempelajari lebih lanjut tentang struktur dan evolusi alam semesta.
Data dari NASA Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang diluncurkan pada 2001 menyarankan bahwa alam semesta mungkin 'miring', di mana panas dan dingin terletak di salah satu sisi kosmos (alam semesta).
Data dari satelit Planck yang diluncurkan oleh European Space Agency di 2009 juga mendukung teori tersebut. "Anomali diamati di latar belakang gelombang mikro kosmik yang menarik. Mereka (alam semesta) mungkin hanya kebetulan statistik, tetapi mereka mungkin menjadi indikasi proses fisik baru di alam semesta awal," jelas peneliti Andrew Liddle, seorang kosmolog di University of Edinburgh di Skotlandia.
Kajian kosmologi baru ini menunjukkan bahwa anomali ini terjadi karena alam semesta tidak datar. Para peneliti mengusulkan alam semesta mungkin pernah sedikit 'terbuka', yakni melengkung seperti pelana.
"Sinar cahaya dalam alam semesta melengkung muncul untuk mengikuti jalur melengkung. Mereka mengikuti garis jarak terpendek dalam ruang melengkung, seperti pesawat terbang mengikuti lingkaran besar ketika terbang di sekitar Bumi," terang peneliti.(okezone/13/9/13)
Dilansir Foxnews, Jumat (13/9/2013), studi terbaru ini mengungkap bahwa alam semesta memiliki bentuk melengkung mirip pelana. Dikatakan mirip lengkung pelana, di mana objek yang bergerak sejajar dengan objek lain akan membelok menjauh setelah menempuh jarak yang sangat jauh.
Meskipun demikian, terdapat penjelasan untuk anomali ini. Ilmuwan mengatakan, alam semesta kemungkinan telah bertabrakan dengan alam semesta lain tidak lama setelah peristiwa Big Bang atau mungkin saja muncul karena kebetulan statistik.
Para peneliti mulai melihat anomali tersebut hampir satu dekade lalu ketika peneliti menganalisis latar belakang gelombang mikro kosmik serta panas yang dilepaskan setelah terjadinya Big Bang. Ilmuwan mempelajari fluktuasi titik panas dan dingin di latar belakang gelombang mikro kosmik untuk mempelajari lebih lanjut tentang struktur dan evolusi alam semesta.
Data dari NASA Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang diluncurkan pada 2001 menyarankan bahwa alam semesta mungkin 'miring', di mana panas dan dingin terletak di salah satu sisi kosmos (alam semesta).
Data dari satelit Planck yang diluncurkan oleh European Space Agency di 2009 juga mendukung teori tersebut. "Anomali diamati di latar belakang gelombang mikro kosmik yang menarik. Mereka (alam semesta) mungkin hanya kebetulan statistik, tetapi mereka mungkin menjadi indikasi proses fisik baru di alam semesta awal," jelas peneliti Andrew Liddle, seorang kosmolog di University of Edinburgh di Skotlandia.
Kajian kosmologi baru ini menunjukkan bahwa anomali ini terjadi karena alam semesta tidak datar. Para peneliti mengusulkan alam semesta mungkin pernah sedikit 'terbuka', yakni melengkung seperti pelana.
"Sinar cahaya dalam alam semesta melengkung muncul untuk mengikuti jalur melengkung. Mereka mengikuti garis jarak terpendek dalam ruang melengkung, seperti pesawat terbang mengikuti lingkaran besar ketika terbang di sekitar Bumi," terang peneliti.(okezone/13/9/13)
0 komentar:
Posting Komentar